Saat ini pertumbuhan bangunan di kota kota besar semakin padat, ruang yang semakin sempit dan daerah resapan air yang semakin berkurang menjadi salah satu masalah yang cukup pelik di kota besar, sumber air tanah yang sebelumnya bisa dikonsumsi saat ini menjadi tidak layak konsumsi karena tercemar berbagai macam limbah salah satunya limbah kotoran manusia.
Bayangkan saja setiap rumah pasti memiliki septictank yang terletak dibawah tanah, meskipun ada aturan tidak tertulis bahwa pembuatan septictank harus diletakkan kurang lebih 10 meter dari sumur air bersih, namun semakin padatnya penduduk membuat hal tersebut sulit untuk dilakukan di kota kota besar.
Di Indonesia saat ini terdapat dua jenis septictank yang cukup popular yaitu konvensional dan septictank biofilter. Septictank konvensional lebih banyak digunakan di beberapa daerah pedesaan dimana terdapat lubang dibawah tanah yang disekat -sekat dan setiap bagian sisi dindingnya dilapisi dengan semen dan batu bata, penggunaan septictank ini sangat berisiko jika digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, karena rawan terjadinya rembesan yang dapat mencemari air tanah.
Namun saat ini terdapat terobosan baru dalam pengolahan limbah kotoran manusia, yang biasa disebut septictank biofilter dimana terdapat bak penampung yang terbuat dari material fiberglass. Septictank jenis ini juga sudah dilengkapi dengan filter dan bakteri yang nantinya berguna untuk menyaring serta mengurai kotoran atau limbah tinja menjadi cairan.
Pemilihan bahan fiberglass untuk septictank biofilter saat ini menjadi yang paling banyak digunakan, selain karena murah pemilihan septictank fiberglass dinilai aman terhadap serangan bakteri korosif yang nantinya meminimalisir terjadinya kebocoran karena korosi. Bahan tersebut juga cukup kuat untuk menahan tekanan didalam tabung dan ramah lingkungan, bahkan cairan hasil bio teknologi tersebut juga dapat dialirkan secara langsung ke selokan sehingga tidak mencemari air tanah.